Abiabiz.com – Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Sebelum Indonesia menjadi sebuah negara, wilayah Nusantara terdiri dari banyak sekali kerajaan di masa lampau.
Di antara banyaknya kerajaan besar pada zaman dahulu, ada banyak pula kerajaan Islam yang berdiri di Indonesia. Lantas, kerajaan Islam mana yang pertama berdiri?
Di kesempatan ini kami akan menginformasikan kepada Anda beberapa kerajaan Islam pertama dan tertua di Indonesia serta jejak sejarahnya. Silahkan simak sampai tuntas.
Daftar Kerajaan Islam Pertama dan Tertua di Indonesia
Berikut adalah daftar kerajaan Islam pertama dan tertua yang berdiri di Indonesia diurutkan berdasarkan tahun. Silahkan simak dan pelajari sampai habis.
1. Kerajaan Perlak (840 M – 1292 M)
Kerajaan Perlak adalah kerajaan Islam pertama dan tertua di Indonesia. Berdasarkan penelitian dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Kerajaan Perlak didirikan pada tahun 840 M di wilayah Aceh, Sumatera Utara.
Keberadaan kerajaan ini menjadi bukti awal masuknya Islam ke Nusantara dan menjadikan Aceh sebagai pintu gerbang penyebaran agama Islam di Indonesia.
Kerajaan ini tidak hanya penting secara religi, tetapi juga memainkan peran signifikan dalam sejarah dan budaya Indonesia. Kerajaan Perlak juga dikenal dengan nama Kesultanan Peureulak.
Raja pertama yang memerintah kerajaan ini adalah Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Shah, yang sering disebut sebagai Raja Perlak I. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Perlak berkembang pesat menjadi pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan yang makmur.
Keterampilan dan kepiawaian Raja Perlak I dalam mengelola kerajaan serta membangun hubungan diplomatik membuat Kerajaan Perlak dihormati dan diakui oleh kerajaan-kerajaan lain di Nusantara dan bahkan sampai ke luar negeri.
Sebagai pusat perdagangan yang strategis, Kerajaan Perlak berhasil menjalin hubungan baik dengan berbagai kerajaan besar di Nusantara, India, hingga Timur Tengah. Hubungan ini tidak hanya membawa keuntungan ekonomi tetapi juga pertukaran budaya dan pengetahuan.
Kerajaan Perlak menjadi jembatan penting bagi masuknya berbagai pengaruh budaya, seni, dan ilmu pengetahuan dari luar ke Nusantara. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran Kerajaan Perlak dalam perkembangan peradaban di kawasan ini.
Namun, pada tahun 1292, Kerajaan Perlak mengalami akhir masa kejayaannya. Kerajaan ini digabungkan dengan Kerajaan Samudera Pasai pada tahun yang sama. Penggabungan ini bukanlah akhir dari sejarah Kerajaan Perlak, melainkan awal dari babak baru dalam sejarah Nusantara.
Kerajaan Samudera Pasai melanjutkan tradisi dan warisan dari Kerajaan Perlak, dan menjadi salah satu kerajaan Islam besar yang berpengaruh di kawasan tersebut.
Peninggalan sejarah dari Kerajaan Perlak masih dapat kita temukan hingga saat ini. Salah satu peninggalan yang paling terkenal adalah Masjid Perlak yang hingga kini masih berdiri kokoh di Aceh Timur.
Masjid ini adalah salah satu masjid tertua di Indonesia dan menjadi simbol penting dari kejayaan masa lalu Kerajaan Perlak. Keberadaan masjid ini tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai saksi bisu sejarah panjang penyebaran Islam di Indonesia dan kejayaan Kerajaan Perlak.
2. Kerajaan Ternate (1257 M)
Kerajaan Ternate, yang berdiri pada tahun 1257, memegang posisi yang istimewa dalam sejarah Indonesia Timur sebagai kerajaan Islam tertua di wilayah tersebut. Dibawah pemerintahan Raja Baab mashud Malamo, kerajaan ini memasuki masa keemasannya yang meliputi beberapa dekade.
Salah satu ciri khas utama Kerajaan Ternate adalah perannya sebagai pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat vital pada periode tersebut.
Dengan kendali mereka atas produksi rempah-rempah seperti cengkih, pala, dan berbagai jenis rempah lainnya, Kerajaan Ternate menjadi kekuatan perdagangan yang tak dapat diabaikan di kawasan tersebut.
Selain kekuatan perdagangan yang mereka miliki, Kerajaan Ternate juga menonjol karena hubungannya yang erat dengan bangsa-bangsa dari Eropa, terutama Portugis dan Spanyol.
Kerajaan ini memelihara hubungan diplomatik yang baik dengan kedua negara tersebut, yang pada saat itu memiliki kepentingan besar dalam eksplorasi dan perdagangan di wilayah Asia Tenggara.
Kerja sama dan persekutuan dengan bangsa Eropa membawa keuntungan bagi kedua belah pihak, memperkuat posisi politik dan ekonomi Kerajaan Ternate di tingkat regional.
Di antara julukan-julukan yang melekat pada Kerajaan Ternate, salah satunya adalah “Kerajaan Gapi,” yang merujuk pada masa lalu Pulau Ternate yang dikenal sebagai Pulau Gapi.
Nama tersebut mencerminkan sejarah panjang dan kejayaan kerajaan tersebut, serta memperkuat identitasnya dalam narasi sejarah wilayah kerajaan tersebut.
Meskipun demikian, meskipun telah berdiri selama berabad-abad, Kerajaan Ternate akhirnya bergabung dengan Indonesia pada era modern, menyatukan sejarah panjangnya dengan perjalanan bangsa Indonesia sebagai sebuah negara.
Peninggalan Kerajaan Ternate juga menjadi bukti monumental dari kejayaan masa lalu. Salah satu contohnya adalah Benteng Kastela, sebuah struktur pertahanan yang dibangun dengan tujuan utama melindungi kepentingan dan kedaulatan Kerajaan Ternate pada masanya.
Benteng ini bukan hanya sebuah simbol fisik dari kekuatan militer mereka, tetapi juga merupakan warisan budaya yang penting, menandai jejak peradaban yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia Timur.
Dengan demikian, warisan Kerajaan Ternate tetap hidup dalam bentuk-bentuk fisik dan non-fisik, menginspirasi penghargaan terhadap sejarah dan identitas lokal.
3. Kerajaan Samudera Pasai (1267 M – 1521 M)
Kerajaan Samudera Pasai bisa dikatakan sebagai kerajaan Islam terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Didirikan pada tahun 1267, kerajaan ini menggabungkan kekuatan dengan Kerajaan Perlak yang terletak di Aceh.
Keberadaan Samudera Pasai menandai tonggak penting dalam penyebaran Islam di Nusantara, menjadikannya salah satu kerajaan paling berpengaruh di kawasan ini. Pengaruhnya tidak hanya terbatas pada aspek politik, tetapi juga meluas ke bidang perdagangan dan pendidikan.
Raja pertama Kerajaan Samudera Pasai adalah Sultan Malik al-Saleh, yang sebelumnya dikenal sebagai Merah Silu. Di bawah kepemimpinannya, Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan utama di Asia Tenggara.
Keberhasilan ekonomi kerajaan ini didukung oleh letaknya yang strategis di jalur perdagangan internasional yang menghubungkan Arab, India, China, dan Persia. Hubungan diplomatik dan perdagangan dengan negara-negara tersebut memperkuat posisi Samudera Pasai sebagai kekuatan maritim yang disegani.
Sebagai pusat pembelajaran Islam, Samudera Pasai memainkan peran penting dalam penyebaran ajaran Islam di wilayah Nusantara. Kerajaan ini dikenal dengan nama lain, yaitu Kerajaan Darussalam, yang berarti “Negeri Damai”.
Bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya mencakup Aceh, Melayu Kuno, dan Gayo. Keberagaman bahasa ini mencerminkan kekayaan budaya dan interaksi berbagai etnis di wilayah tersebut. Dalam kegiatan perdagangan, mereka menggunakan emas dan perak sebagai alat tukar, menunjukkan kemakmuran dan stabilitas ekonomi kerajaan.
Peninggalan sejarah yang paling menonjol dari Kerajaan Samudera Pasai adalah Masjid Agung Samudera Pasai. Masjid ini bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol kejayaan dan kemajuan peradaban Islam di Nusantara.
Masjid Agung Samudera Pasai merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia, menjadi bukti nyata warisan budaya dan spiritual yang ditinggalkan oleh kerajaan ini. Keindahan arsitektur dan nilai historis masjid ini menjadikannya salah satu situs bersejarah yang penting untuk dilestarikan.
Warisan Kerajaan Samudera Pasai tetap hidup dalam budaya dan sejarah Indonesia. Sebagai salah satu kerajaan Islam terbesar dan tertua di Nusantara, pengaruhnya terus dirasakan hingga kini. Dari aspek perdagangan, diplomasi, hingga pendidikan, kontribusi Samudera Pasai terhadap perkembangan sejarah Indonesia tidak dapat diabaikan.
Keberadaan peninggalan sejarah seperti Masjid Agung Samudera Pasai menjadi pengingat akan masa kejayaan kerajaan ini dan pentingnya menjaga serta menghargai warisan budaya yang ada.
4. Kesultanan Gowa (1300 M – 1945 M)
Kesultanan Gowa, yang berdiri kokoh di tengah-tengah Sulawesi Selatan, memiliki sejarah yang kaya dan mempesona. Berawal dari pemerintahan Raja Tumanenga Ri Gau, kesultanan ini memunculkan banyak inovasi dan prestasi yang mengagumkan.
Selain menjadi pusat perdagangan yang penting di wilayahnya, Gowa juga dikenal sebagai kekuatan militer yang tak terbantahkan di Sulawesi Selatan. Koneksi internasional mereka dengan negara-negara di Asia dan Eropa menjadi landasan bagi pertumbuhan ekonomi dan keamanan kesultanan.
Keunggulan Kesultanan Gowa tidak hanya terbatas pada aspek politik dan ekonomi. Mereka juga mempersembahkan warisan seni dan budaya yang luar biasa.
Seni ukir kayu dan pahat batu dari Gowa diakui sebagai salah satu yang terbaik di kawasan tersebut, mencerminkan tingkat keahlian dan rasa estetika yang tinggi dari masyarakatnya.
Selain itu, luasnya wilayah kekuasaan Kesultanan Gowa tidak hanya mencakup Sulawesi Selatan, tetapi juga sebagian besar wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara, bahkan hingga Australia Utara.
Perlu dicatat bahwa saat ini, wilayah-wilayah tersebut telah menjadi bagian dari negara-negara yang berbeda seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, Timor Leste, dan Australia. Hal ini mencerminkan kebesaran dan pengaruh Kesultanan Gowa pada masa lalu.
Peninggalan sejarah yang dimiliki Kesultanan Gowa juga terkenal di berbagai penjuru dunia. Benteng Somba Opu, yang dibangun dengan tujuan utama untuk melindungi ibukota kesultanan, tetap menjadi salah satu monumen bersejarah yang menakjubkan hingga saat ini.
Di samping itu, adanya Balla Lompoa, Masjid Katangka, Pelabuhan Paotere, dan berbagai situs bersejarah lainnya menambah kekayaan sejarah dan kebudayaan Kesultanan Gowa.
Dengan semua prestasi, warisan, dan pengaruhnya, Kesultanan Gowa tetap menjadi subjek yang menarik untuk dipelajari dan dihargai dalam sejarah Indonesia dan dunia.
Kekuasaan mereka telah membentuk fondasi bagi perkembangan banyak aspek kehidupan masyarakat di wilayah tersebut, serta meninggalkan warisan yang abadi bagi generasi mendatang untuk dihayati dan dihargai.
5. Kesultanan Malaka (1405 M – 1511 M)
Kesultanan Malaka merupakan salah satu kerajaan penting yang terletak di Malaka, Malaysia. Meskipun secara geografis berpusat di Malaka, pengaruh Kesultanan ini meluas ke berbagai wilayah di Nusantara, khususnya di Sumatera dan Jawa.
Kesultanan Malaka tidak hanya terkenal sebagai pusat kekuasaan politik, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan dan ekonomi yang sangat berpengaruh pada masanya.
Kesultanan Malaka didirikan oleh Raja Parameswara, yang kemudian dikenal sebagai Sultan Iskandar Syah setelah memeluk Islam. Sebagai pendiri dan raja pertama Kesultanan Malaka, Raja Parameswara berhasil membangun fondasi yang kuat bagi kerajaan ini.
Di bawah kepemimpinannya, Kesultanan Malaka berkembang pesat dan menjadi salah satu kekuatan maritim terbesar di Asia Tenggara bahkan Asia.
Kesultanan Malaka dikenal sebagai pengendali utama jalur perdagangan rempah-rempah antara Asia Timur dan Eropa, yang menjadikan Malaka sebagai pusat perdagangan internasional yang sangat penting.
Selain menjadi pusat perdagangan, Kesultanan Malaka juga berfungsi sebagai pusat pembelajaran Islam yang sangat berpengaruh. Di Malaka, banyak ulama terkenal yang dilahirkan dan berkembang.
Mereka tidak hanya berperan dalam menyebarkan ajaran Islam di Nusantara, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kesultanan Malaka dengan demikian memainkan peran penting dalam penyebaran Islam dan perkembangan peradaban Islam di wilayah Asia Tenggara.
Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Kesultanan Malaka meliputi sebagian besar Semenanjung Malaya, Sumatera, dan beberapa bagian lain dari Nusantara.
Wilayah kekuasaan Kesultanan ini bahkan mencakup sebagian wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Indonesia, Malaysia, Singapura, hingga Thailand.
Hal ini menunjukkan betapa luasnya pengaruh Kesultanan Malaka pada masa itu, yang tidak hanya terbatas pada aspek politik, tetapi juga ekonomi, sosial, dan budaya.
Salah satu peninggalan penting dari Kesultanan Malaka adalah A Famosa, sebuah benteng yang dibangun oleh Portugis setelah mereka menaklukkan Malaka pada tahun 1511.
Meskipun dibangun oleh penjajah, benteng ini menjadi simbol penting dari masa lalu Kesultanan Malaka dan kekuasaan mereka yang pernah berjaya.
Selain A Famosa, banyak peninggalan lain seperti manuskrip-manuskrip kuno dan arsitektur yang mencerminkan kejayaan Kesultanan Malaka, yang terus diingat dan dipelajari hingga saat ini.
Kesimpulan
Cukup sampai di sini terlebih dahulu penjelasan dari kami tentang kerajaan Islam pertama dan tertua di Indonesia. Semoga artikel yang kami berikan dapat menjadi penambah wawasan yang positif untuk Anda.