Abiabiz.com – Hadist tentang mendidik anak dengan kasih sayang. Memang benar bahwa mendidik anak adalah tugas seorang guru. Namun itu hanya di dalam pendidikan formal, adapun peran orangtua lebh untuk mendidik anaknya di dalam rumah.
Ketika mendidik anak, seseorang tidak boleh bersikap kasar. Kita harus senantiasa ingat bahwa kita orangtua yang harusnya memberikan contoh yang baik kepada anak-anak. Maka dari itu bersikap sabar adalah hal yang penting dilakukan.
Dengan mengedepakan kasih sayang dan senyum, seorang anak juga akan lebih mudah mencerna materi pelajaran. Sebab otak pikirannya terbuka lebar dan tidak tertekan karena teriakan atau bentakan dari guru, orangtua, maupun pengajar sebelumnya.
Agar Anda bisa mengetahui lebih lengkap mengenai cara mendidik anak yang benar, sesuai sunnah, dituangkan dalam hadist shahih tentang mendidik anak. Anda bisa menyimak selengkapnya di bawah berikut ini.ha
Kumpulan Hadist Tentang Mendidik Anak
Silahkan langsung saja simak pembahasan lengkap mengenai daftar kumpulan hadist shahih tentang mendidik anak dengan kasih sayang. Hadist ini ditulis dalam bahasa Arab, latin, dan terjemahan Indonesia.
1. Mendidik Anak untuk Sholat
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ .
Artinya:
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang ‘Amir (penguasa) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas keluarganya, dan istri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Setiap kalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 893, 5188, 5200), Muslim (no. 1829), dan Ahmad (II/5, 54-55, 111), dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma]
إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ، وَ إِنَّ وَلَدَهُ مِنْ كَسْبِهِ .
Artinya:
“Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan oleh seseorang adalah makanan yang dihasilkan dari usahanya sendiri. Dan sesungguhnya anak itu termasuk dari usahanya.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (II/108), An-Nasa’i (II/211), At-Tirmidzi (II/287), Ad-Darimi (II/247), Ibnu Majah (II/2-430), Ath-Thayalisiy (no. 1580), dan Ahmad (VI/41, 126, 162, 173, 193, 201, 202, dan 220), dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha]
يَاغُلاَمُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَ اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ باللهِ . وَاعْلَمْ، أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ إِلاَّ قَدْ كَتَبَ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوْا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الْأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ .
وَاعْلًمْ، أّنَّ فِي الصَّبْرِ عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا .
Artinya:
“Wahai anak, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah (hak-hak) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (hak-hak) Allah, niscaya engkau mendapati-Nya di hadapanmu. Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah, dan apabila engkau memohon pertolongan maka mohonlah kepada Allah. Dan ketahuilah, sekiranya ummat ini bersatu untuk memberimu manfaat maka manfaat tersebut tidak akan sampai kepadamu kecuali apa yang telah ditetapkan Allah atasmu. Dan apabila ummat ini bersatu untuk mencelakakanmu maka sedikit pun mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena (takdir) telah terangkat dan lembaran (takdir) telah mengering.
Dan ketahuilah, sesungguhnya bersabar atas apa-apa yang tidak engkau sukai itu memiliki kebaikan yang amat banyak. Dan sesungguhnya pertolongan itu (ada) bersama kesabaran. Dan sesungguhnya kelapangan itu (datang) bersama kesulitan, dan sesungguhnya kesulitan itu bersama kemudahan.”
[Hadits shahih, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (no. 2516), Ahmad (I/292, 303, 307) dan ini lafazhnya, Al-Hakim (III/541), Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir (XII/12988, 12989), Abu Ya’la (no. 2549), Ibnus Sunni (hal. 427), Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah (no. 316), dan Al-Ajurri dalam Asy-Syari’ah (hal. 198)]
2. Mendidik Anak Sesuai Zamannya
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ .
Artinya:
“Tidak ada sesuatupun yang paling berat dalam timbangan seorang Mukmin pada hari Kiamat nanti daripada akhlak mulia.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (IV/2002) dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ (no. 5632), dari Abud Darda’ radhiyallahu’anhu]
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأَ تَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلاَقِ .
Artinya:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang shalih.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no. 273), Ahmad (III/381), dan Al-Hakim (II/613), dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam syarahnya untuk Al-Musnad (XVII/79, no. 8939), dan dishahihkan pula oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Adabul Mufrad (no. 207) dan Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah (no. 45)].
مَنْ لاً يَرْحَمْ لاَ يُرْحَمْ .
Artinya:
“Barang siapa yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 5997) dan Muslim (no. 2318), dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
مُرُوا أُوْلاَدَكُمْ بِالصًّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِ بُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ .
Artinya:
“Suruhlah anak-anakmu untuk melaksanakan shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau melaksanakannya pada usia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad (II/ 180, 187), Abu Dawud (no. 495), Al-Hakim (I/197), Al-Baihaqi (III/84), Ibnu Abi Syaibah (no. 3482), Ad-Daruquthni (I/230), Al-Khathib (II/278), dan Al-‘Uqaili (II/167), dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma. Lihat juga Shahihul Jami’ (no. 5868)]
3. Mendidik Anak dengan 3 Perkara
لاَ أَشْهَـدُ عَلَى جَوْرٍ، اتّقُوا اللهَ، وَاعْـدِلُوا فِي أَوْلاَدِكُمْ .
Artinya:
“Aku tidak mau menjadi saksi atas perbuatan zhalim, bertakwalah kalian kepada Allah dan bersikap adillah kepada anak-anak kalian.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 2586, 2587) dan Muslim (no. 1623), dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu]
مَنِ ابْتُلِيَ مِنْ هَـذِهِ الْبَنَاتِ بِشَيءٍ، فَأَحْسَنَ إِلَيْهَنَّ، كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ .
Artinya:
“Barang siapa diuji dengan anak-anak perempuan lalu dia memberi asuhan yang baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan itu akan menjadi penghalang antara dirinya dari Neraka.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 1418, 5998) dan Muslim (no. 2629), dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha]
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ …
Artinya:
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah…” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim (no. 2664), Ahmad (II/366, 370) dan Ibnu Majah (no. 79, 4168), dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
إِذَ مَاتَ الْإِنْسَانُ إِنْقَـطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَلِحٍ يَدْعُوْلَهُ .
Artinya:
“Apabila manusia telah meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akan kebaikan baginya.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim (no. 1631), Ahmad (II/372), Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no. 38), Abu Dawud (no. 2880), An-Nasa’i (VI/251), Tirmidzi (no. 1376), dan Al-Baihaqi (VI/278) dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
Kesimpulan
Demikian pembahasan singkat mengenai hadist tentang mendidik anak dengan kasih sayang, hadits 3 kewajiban orang tua terhadap anak hadis tentang ibu bapa mendidik anak, ayat dan hadits tentang guru, hadits tentang menghormati guru, ayat tentang pendidikan, dalil tentang kesehatan, hadits tentang ilmu yang bermanfaat, dalil mendidik.
Baca: