Abiabiz.com – Hadits tentang jual beli. Dalam dunia perdagangan, harus ada dua unsur utama, yaitu jual dan beli. Jual artinya memberikan barang kepada orang lain dengan imbalan uang tertentu, sedangkan beli adalah mengambil milik orang lain dengan ganti uang tertentu.
Kesepakatan antara penjual dan pembeli dalam memperdagangkan barangnya harus dilakukan atas dasar mengharap ridha Allah SWT semata. Maka dari itu tidak boleh ada unsur yang merugikan dan tentu saja mengambil keuntungan berlebih bukan hal yang dianjurkan.
Dalam hadits ada banyak ketentuan yang menjelaskan tentang keuntungan dalam jual beli. Seberapa besar kita boleh menanggung untung, apakah kita bisa tidak mengambil risiko kerugian, dan lain sebagainya. Ini sangat penting dipelajari seorang muslim.
Untuk itu di sini kami akan membagikan daftar kumpulan hadits shahih tentang jual beli. Anda bisa menyimak ulasan lengkapnya pada pembahasan di bawah berikut ini. Silahkan simak selengkapnya pembahasan berikut.
Kumpulan Hadits Tentang Jual Beli
Langsung saja berikut adalah daftar kumpulan hadits dan dalil shahih tentang jual beli. Simak ulasan lengkapnya dalam bahasa Arab, teks latin, dan terjemahan Indonesia sesuai sunnah yang benar berikut ini.
1. Untung Tanpa Rugi
وَلاَ رِبْحُ مَا لَمْ تَضْمَنْ
“Tidak boleh mendapat keuntungan tanpa menanggung resiko kerugian.” (HR. Ahmad 6671, Abu Daud 3506, Turmudzi 1279 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَفْتَرِقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتِ الْبَرَكَةُ مِنْ بَيْعِهِمَا
Penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu” (HR. Bukhari 2079 dan Muslim 1532).
والنهي عن ربح ما لم يضمن قد أشكل على بعض الفقهاء علته وهو من محاسن الشريعة
Larangan mengambil keuntungan tanpa menanggung resiko kerugian, sebagian ulama kesulitan mengalami illahnya. Padahal ini bagian dari kesempurnaan kebaikan syariat. (Hasyiyah ‘ala Aunil Ma’bud, Ibnul Qoyim, 9/298).
مَنِ ابْتَاعَ طَعَامًا فَلاَ يَبِعْهُ حَتَّى يَقْبِضَهُ
“Siapa yang membeli makanan, janganlah dia menjualnya sampai dia terima.” (HR. Bukhari 2133 & Muslim 3915).
2. Berjualan yang Benar
قال إسحاق بن راهويه: قلت لأحمد وعن بيع ما لم تضمن قال لا يكون عندى إلا فى الطعام ما لم تقبض
“Ishaq bin Rahuyah pernah mengatakan, Saya bertanya kepada Ahmad tentang menjual barang tanpa menanggung resiko rugi? Jawab beliau, “Hadis ini tidak berlaku selain untuk jual beli makanan yang belum diserah terimakan.” (Sunan at-Turmudzi, 5/140).
وَأَحْسِبُ كُلَّ شَىْءٍ بِمَنْزِلَةِ الطَّعَامِ
“Saya menduga, semua barang sama seperti makanan.” (HR. Muslim 3915 & Ahmad 2482)
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى أَنْ تُبَاعَ السِّلَعُ حَيْثُ تُبْتَاعُ حَتَّى يَحُوزَهَا التُّجَّارُ إِلَى رِحَالِهِمْ
Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang barang dagangan dijual di tempat dia dibeli, sampai pedagang memindahkanya ke tempat mereka. (HR. Abu Daud 3501 dan dihasankan al-Albani)
إِنَّمَا الْبَيْعُ عَنْ تَرَاضٍ – رواه البيهقي
“Sesungguhnya jual beli (harus) atas dasar saling ridha (suka sama suka).” (HR. Al-Baihaqi)
Kesimpulan
Demikian pembahasan singkat dari
hadits tentang jual beli, hukum jual beli dalam islam brainly, syarat barang yang diperjualbelikan, rukun dan syarat jual beli, macam macam jual beli brainly, jual beli yang dilarang dalam islam, jual beli dalam islam pdf, makalah jual beli dalam islam, hukum jual beli, ayat al-qur’an tentang jual beli terdapat di.
Baca: